MORFOFONEMIK
Morfofonemik itu sendiri merupakan perubahan
bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi lingkungannya, yaitu yang menyangkut
hubungan antara morfem dan fonem (Parera, 1988:30).
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan
fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan,
1983:73).
Jadi, morfofonemik atau morfonologi
adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai
akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi,
maupun proses komposisi.
Contohnya, dalam proses
pengimbuhan sufiks-an pada dasar “hari” akan muncul bunyi {y}, yang
dalam artografi tidak dituliskan tetapi dalam ucapan di tuliskan.
·
hari + an menjadi [hariyan]
a.
Jenis Perubahan, ada beberapa jenis perubahan fonem diantaranya :
1. Pemunculan Fonem
|
Prefiks me-
|
Bunyi
Sengau [m]
|
|
2. Pelepasan fonem
|
Prefiks ber-
|
Bunyi
[r]
|
|
3. Peluluhan fonem
|
Prefiks me-
|
||
4. Perubahan fonem
|
Prefiks ber-
|
Fonem
/r/ menjadi fonem /l/
|
5.
Pergeseran
fonem yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku
kata yang lainnya. Misal, dalam pengimbuhan surfiks –i pada dasar
lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat
menjadi berada pada suku kata ti. Contoh: lompat + i me.lom.pati
b.
Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, terutama
terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir
tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ‘ber-,
prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi
per-an, dan surfiksasi –an.
A.
Prefiksasi
ber-
Proses
pengimbuhan
|
fonem
|
Bentuk dasar
|
Contoh
|
1.
Pelepasan
fonem /r/
|
/r/
|
/r/ atau suku [er]
|
|
2.
Perubahan
fonem /r/
|
/l/
|
ajar
|
|
3.
Pengekalan
fonem /r/
|
/r/
|
o, k, g, l, t
|
B.
Prefiksasi me- (termasuk
klofiks me- kan dan me- i)
1.
Pengekalan fonem : tidak ada
fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan.
Ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan
ny/.
Contoh :
Ø
me + rawat merawat
Ø
me + lirik melirik
2.
Penambahan
fonem : penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/.
Fonem nasal
|
Bentuk dasar
|
Contoh
|
/m/
|
/b/ dan /f/
|
|
/n/
|
/d/
|
|
/ng/
|
/g, h, kh, a, l, u, e, dan o/
|
|
/nge/
|
Hanya terdiri dari satu kata
|
3.
Peluluhan
fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan bentuk dasar yang dimulai dengan
konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan
dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/
diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Contoh :
/s/
|
/ny/
|
me + susut
|
menyusut
|
/k/
|
/ng/
|
me + kirim
|
mengirim
|
/p/
|
/m/
|
me + pilih
|
memilih
|
/t/
|
/n/
|
me + tolong
|
menolong
|
C.
Prefiksasi pe- dan
konfiksasi pe- an.
a)
Pengekalan
fonem dengan bentuk dasar yang diawali konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
Contoh :
pelatihan
b)
Penambahan
fonem, adalah penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/antara prefiks dan
bentuk dasar.
Nasal
|
Konsonan
|
Bentuk dasar
|
Kata
|
/m
|
/b/
|
pe
+ bina
|
-
Pembina
-
Pembinaan
|
/n/
|
/d/
|
pe
+ dengar
|
-
Pendengar
-
Pendengaran
|
/ng/
|
/g, h, kh, a, l, u, e, dan o/
|
pe
+ gali
|
-
Penggali
-
Penggalian
|
Ø Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila brntuk dasarnya berupa
bentuk dasar satu suku. Contoh:
-
mengadu,
pengadu, pengaduan
-
mengukur,
pengukur, pengukuran
c)
peluluhan
fonem, prefiks pe- ( pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang di awali konsonan
/s, k, p, dan t/. Bentuk
dasar diawali dengan konsonan bersuara /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/,
konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal
/m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Pengumpulan
D.
Prefiksasi per- dan
konfiksasi per- an.
Proses
pengimbuhan
|
fonem
|
Bentuk dasar
|
Contoh
|
1.
Pelepasan
fonem /r/
|
/r/
|
/r/ atau suku [er]
|
|
2.
Perubahan
fonem /r/
|
/l/
|
ajar
|
|
3.
Pengekalan
fonem /r/
|
/r/
|
k, l, c, t
|
E.
Surfiksasi
–an
v Pemunculan fonem
Pemunculan
fonem
|
Bentuk dasar vocal akhir
|
Contoh
|
1.
Pemunculan
fonem /w/
|
/u/
|
|
2.
Pemunculan
fonem /y/
|
/i/
|
|
3.
Pemunculan
fonem glotal /?/
|
/a/
|
v Pergeseran fonem terjadi jika surfiks –an diimbuhkan pada
bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini,
konsonan itu bergeser membentuk suku kata baru dengan surfiks –an.
Contoh :
F.
Prefiksasi
ter-
Proses
pengimbuhan
|
fonem
|
Bentuk dasar
|
Contoh
|
1.
Pelepasan
fonem /r/
|
/r/
|
/r/
|
|
2.
Perubahan
fonem /r/
|
/l/
|
anjur
|
|
3.
Pengekalan
fonem /r/
|
/r/
|
d, j, l, b, k
|
ter + baik
|
(Abdul Chaer,
2008 :46-55)
Bentuk
Nasal dan Tak bernasal
1.
Kaitan
dengan tipe verba
Terdiri dari
empat macam verba dalam bahasa Indonesia yang ada kaitannya dengan proses
nasalisasi. Keempat
verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk
verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan
pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba
berprefiks ber-, dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
2.
Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam
peristilahan olahraga ada istilah petinju (yang diturunkan dari
verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang
diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Jika dilihat bentuk tersebut sebenarnya menurut
kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara
analogi tidak diberi nasal.
3.
Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi
makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya,
bentuk pengrajin dalam arti ‘usaha kegiatan di rumah’
dibedakan dengan bentuk perajian yang berarti ‘orang yang rajin’.
(Abdul Chaer,
2008 :56-61)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar