Rabu, 05 Oktober 2016

4. Morfofonemik

MORFOFONEMIK
Morfofonemik itu sendiri merupakan perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi lingkungannya, yaitu yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem (Parera, 1988:30).
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1983:73).
Jadi, morfofonemik atau morfonologi adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. 
Contohnya, dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada dasar “hari” akan muncul bunyi {y}, yang dalam artografi tidak dituliskan tetapi dalam ucapan di tuliskan.
·         hari + an menjadi [hariyan]
a.      Jenis Perubahan, ada beberapa jenis perubahan fonem diantaranya :
1.       Pemunculan Fonem
Prefiks me-
Bunyi Sengau [m]
me + baca               membaca
2.       Pelepasan fonem
Prefiks ber-
Bunyi [r]
ber + renang            berenang
3.       Peluluhan fonem
Prefiks me-
Fonem /s/       fonem nasal /ny/
me + sikat                menyikat
4.       Perubahan fonem
Prefiks ber-
Fonem /r/ menjadi fonem /l/
ber + ajar                  belajar
5.       Pergeseran fonem yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Misal, dalam pengimbuhan surfiks –i pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti. Contoh: lompat + i     me.lom.pati
(Abdul Chaer, 2008 :43-45)
b.      Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ‘ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-an, dan surfiksasi –an.
A.    Prefiksasi ber-
Proses pengimbuhan
fonem
Bentuk dasar
Contoh
1.      Pelepasan fonem    /r/
/r/
/r/ atau suku [er]
ber + racun                 beracun
ber + cermin               bercermin
2.      Perubahan fonem   /r/
/l/
ajar
ber + ajar                    belajar
3.      Pengekalan fonem /r/
/r/
o, k, g, l, t
ber + obat                   berobat
ber + lari                     berlari
B.     Prefiksasi me- (termasuk klofiks me- kan dan me- i)
1.      Pengekalan fonem : tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan. Ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/.
Contoh : 
Ø  me + rawat                        merawat
Ø  me + lirik                           melirik
2.      Penambahan fonem : penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/.
Fonem nasal
Bentuk dasar
Contoh
/m/
/b/ dan /f/
me + buru                       memburu
me + fitnah                     memfitnah
/n/
/d/
me + duga                       menduga
/ng/
/g, h, kh, a, l, u, e, dan o/
me + gila                         menggila
me + usir                         mengusir
/nge/
Hanya terdiri dari satu kata
me + bom                        mengebom
me +  cat                          mengecat

3.      Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Contoh :
/s/
/ny/
     me + susut
            menyusut
/k/
/ng/
     me + kirim
            mengirim
/p/
/m/
     me + pilih
            memilih
/t/
/n/
     me + tolong
            menolong

C.     Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe- an.
a)      Pengekalan fonem dengan bentuk dasar yang diawali konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
Contoh :
pe + latih                     pelatih
                                                pelatihan
b)      Penambahan fonem, adalah penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/antara prefiks dan bentuk dasar.
Nasal
Konsonan
Bentuk dasar
Kata
/m
/b/
pe + bina
-          Pembina
-          Pembinaan
/n/
/d/
pe + dengar
-          Pendengar
-          Pendengaran
/ng/
/g, h, kh, a, l, u, e, dan o/
pe + gali
-          Penggali
-          Penggalian
Ø  Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila brntuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku. Contoh:
-          mengadu, pengadu, pengaduan
-          mengukur, pengukur, pengukuran

c)      peluluhan fonem, prefiks pe- ( pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang di awali konsonan /s, k, p, dan t/. Bentuk dasar diawali dengan konsonan bersuara /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Contoh : pe + kumpul                   pengumpul
      Pengumpulan
D.    Prefiksasi per- dan konfiksasi per- an.
Proses pengimbuhan
fonem
Bentuk dasar
Contoh
1.      Pelepasan fonem    /r/
/r/
/r/ atau suku [er]
per + rendah               perendah
per + kerja                  pekerja 
2.      Perubahan fonem   /r/
/l/
ajar
per + ajar                     pelajar
3.      Pengekalan fonem /r/
/r/
k, l, c, t
per + kecil                   perkecil
per + cepat                  percepat
E.     Surfiksasi –an
v  Pemunculan fonem
Pemunculan fonem
Bentuk dasar vocal akhir
Contoh
1.      Pemunculan fonem    /w/
/u/
temu + an                   temuwan
2.      Pemunculan fonem    /y/
/i/
hari + an                      hariyan
3.      Pemunculan fonem glotal /?/
/a/
(per) usaha + an             perkecil

v  Pergeseran fonem terjadi jika surfiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan itu bergeser membentuk suku kata baru dengan surfiks –an.
Contoh :
lompat + an                 lom.pa.tan


F.      Prefiksasi ter-
Proses pengimbuhan
fonem
Bentuk dasar
Contoh
1.      Pelepasan fonem    /r/
/r/
/r/
ter + raba                     teraba
2.      Perubahan fonem   /r/
/l/
anjur
ter + anjur                    teranjur
3.      Pengekalan fonem /r/
/r/
d, j, l, b, k
ter + jauh                      terjauh
ter  + baik                     terbaik
(Abdul Chaer, 2008 :46-55)
Bentuk Nasal dan Tak bernasal
1.      Kaitan dengan tipe verba
Terdiri dari empat macam verba dalam bahasa Indonesia yang ada kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah (a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i), (b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-l), (c) verba berprefiks ber-, dan (d) verba dasar (tanpa afiks apapun).
2.       Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi. Jika dilihat bentuk tersebut sebenarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara analogi tidak diberi nasal. 
3.      Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk pengrajin dalam arti ‘usaha kegiatan di rumah’ dibedakan dengan bentuk perajian yang berarti ‘orang yang rajin’.
(Abdul Chaer, 2008 :56-61)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar