KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, SUPLESI
1)
KONVERSI
Konversi biasanya lazim disebut derivasi zero,
transmutasi atau transposisi yang merupakan
proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu sehingga
menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu.
Contoh:
·
Petani membawa cangkul ke sawah.
·
Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Dalam
kalimat ke 1 yang bermodus deklaratif kata cangkul berkategori nomina;
sedangkan dalam kalimat ke 2 kata cangkul berkategori verba. Dari contoh
tersebut terdapat sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba,
walaupun dalam modus kalimat yang berbeda. Penyebabnya adalah kata cangkul,
dan sejumlah kata lainnya di samping memiliki komponen makna (+ alat) dan (+
tindakan). Komponen makna (+ tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul
itu dalam kalimat imperative menjadi berkategori verba.
(Chaer, 2008 :235-215)
2)
MODIFIKASI INTERNAL
Modifikasi internal (sering disebut juga
penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata
dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) kedalam morfem yang
berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).
Misalnya :
drink + past → drank
food + plural → feet
Modifikasi kosong
Modifikasi kosong adalah pembentukan kata jadian tanpa
mengubah bentuk dasar.
Misalnya: cut + past → cut
deer
+ plural → deer
(Verhaar, 1992 : 62-63)
Proses morfologis yang disebut modifikasi
intern jarang terdapat pada bahasa-bahasa di dunia. Modifikasi internal
biasanya terjadi karena ada perubahan pada bagian dalam morfem. Istilah
“modifikasi intern” dipinjam dari istilah Inggris internal modification. Yang
dimaksudkan di sini ialah perubahan vocal, misalnya dalam proses morfemis
kata-kata Arab tertentu. Modifikasi demikian kita temukan pula dalam banyak
bahasa Indo-Eropa, dalam kata kerja “kuat” misalnya, seperti dalam bahasa
Inggris: sing-sang-sung, take-took-taken, dan lainnya. Alasan untuk menolak
penafsiran modifikasi intern sebagai proses morfemis dalam contoh-contoh tadi
cukup meyakinkan. Seandainya kita tafsirkan demikian, maka secara konsekuen
harus kita simpulkan pula bahwa ada morfem akar m-nd-r,
b-l-k, -ayur, dan untuk hal itu tidak ada paralel dalam morfologi
bahasa Indonesia. Modifikasi
internal juga
sering disebut pembentukan kata dengan mengubah vokal bentuk dasar. Misalnya:
drink + past → drank
food + plural → feet
Di samping menambahkan imbuhan pada sebuah
morfem (afiksasi) atau mengulang seluruh atau sebagian morfem (reduplikasi)
untuk membedakan analisis proses morfologi, ada juga proses morfologis yang disebut
modifikasi internal morfem. Berikut adalah beberapa contoh dalam bahasa
Inggris:
1. meskipun pola biasa dari bentuk
jamak ditambahkan pada morfem infleksi, beberapa kata dalam bahasa Inggris
membuat sebuah modifikasi internal, misalnya man tetapi men,
woman tetapi women, goose tetapi geese dan
lain-lain.
- pola biasa
dari past tense dan past participle adalah ditambahkannya sebuah imbuhan,
tetapi beberapa verba juga menunjukkan perubahan internal, seperti:
break, broke, broken
bite, bit, bitten
ring, rang, rung
sing, sang, sung.
3. beberapa kelas kata hanya
bisa berubah dengan menggunakan modifikasi internal, seperti:
strife, strive
teeth, teethe
breath, breathe
life, live (V)
life, live (adj)
(http://siti-muarifah-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-98780-sastra
Variasi%20alomorfemis%20dan%20modifikasi%20internal.html)
3)
SUPLESI
Bahasa yang dibentuk oleh
proses morfologis akan membentuk kata-kata yang secara normal menjadi kata yang
beraturan. Pembentukan kata-kata secara produktif tersebut menggunakan
satu atau beberapa proses yang telah dijelaskan di atas. Tetapi, dalam
proses-proses tersebut juga memiliki kelas kata yang tidak beraturan. Hal ini
disebabkan mereka menandai persamaan analisis morfologis tersebut dengan proses
lain yang berbeda. Kadang-kadang. Perbedaan itu bisa direpresentasikan dengan
dua kata yang berbeda yang tidak memiliki banyak perbedaan sistematik dalam
bentuknya. Situasi yang tidak beraturan ini disebut suplesi dan biasanya hanya
terjadi pada beberapa kata pada sebuah bahasa. Situasi ini muncul karena
ada dua kata berbeda yang ditafsirkan memiliki arti yang sama diinterpretasikan
sebagai kata yang sama.
Sebagai
contoh, dalam bahasa Inggris akhiran verba beraturan bentuk past tense dibentuk
dengan menambahkan /-† /, /-d /, or /-əd /. Kebanyakan
kata-kata dalam bahasa Inggris, begitu juga kata-kata susunan baru dalam bahasa
Inggris seperti scroosh atau blat akan
mempunyai format past tense ini.
walk
/wak/
walked
/wak†/
scroosh
/skruš/
scrooshed /skruš†/
blat
/blæ†/
blatted
/blæ†əd/
Ada juga beberapa kelas kata umum dalam bahasa Inggris
bentuk past tense yang berubah huruf vokalnya, misalnya:
sing
/sґŋ/
sang
/sæŋ/
run
/r^n/
ran
/ræŋ/
Beberapa kata
kerja individual dalam bahasa Inggris memiliki suplesi past tense, yaitu:
I
am
/æm/
I
was
/w^z/
I
go
/go/
I went
/wεn†/
Bahasa Arab klasik memberikan contoh lain. Bentuk jamak
yang normal untuk kata benda diakhiri dengan /-a†/ dengan
memperpanjang bunyi hurufnya. Contoh:
/dira:sa†/
‘(a) study’
/dira:sa:†/ ‘studies’
/haraka†/
‘movement’
/haraka:†/ ‘movements’
1.
PEMENDEKAN
Pemendekan adalah proses penanggalan
bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk
singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya Hasil proses
pemendekan ini kita sebut kependekan Misalnya bentuk lab (utuhnya
laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), dan SD (utuhnya
Sekolah Dasar).
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna utuhnya.
Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses
pemendekan ini biasanya dibedakan atas penggalan, singkatan, dan akronim. Yang
di maksud dengan penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau
dua suku pertama dari bentuk yang dipendekan itu. Misalnya, dok dari
bentuk dokter, perpus dari bentuk perpustakaan. Yang
dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang antaralain
berupa:
a) Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau
huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
b) Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Misalnya,
bhs (bahasa)
c) Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan
angka untuk pengganti huruf yang sama. Misalnya, P3 (partai persatuan
pembangunan)
d) Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari
sebuah leksem. Misalnya, Okt (oktober).
e) Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah
leksem. Misalnya, Ir (insinyur)
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)
2.
PRODUKTIFITAS PROSES MORFEMIS
Proses
morfemis dibagi atas yang “produktif” (productive) dan yang tidak produktif
(nonproductive). Proses morfemis dikatakan produktif bila dapat diterapkan pada
konstituen yang tidak lazim, atau belum pernah mengalaminya. Dikatakan bersifat
tidak produktif bila tidak dapat diterapkan pada konstituen yang belum pernah
mengalaminya.
(Verhaar, 1992 : 68)
3.
AKRONIMISASI
Proses pembentukan sebuah kata
dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah
konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang
disebut akronim.
Misalnya, pilkada yang berasal
dari pemilihan kepala daerah.
Aturan atau kaidah pembentukan
akronim :
1. Pengambilan huruf-huruf
(fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang membentuk konsep itu. Misalnya:
IDI :
Ikatan Dokter Indonesia
ABRI :
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
AMPI :
Angkatan Muda Pembangunan Indonesia
ASRI :
Akademi Seni Rupa Indonesia
2. Pengambilan suku kata pertama dari
semua kata yang membentuk konsep itu. Misalnya :
balita :
bawah lima tahun
orpol :
organisasi politik
moge :
motor gede
puskesmas :
pusat kesehatan masyarakat
3. Pengambilan suku kata pertama
ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang
membentuk konsep itu. Misalnya:
warteg :
warung tegal
depkes :
departemen kesehatan
kalbar :
Kalimantan barat
4. Pengambilan suku kata yang dominan
dari setiap kata yang mewadahi konsep itu.
Misalnya, bintal : Pembina mental, danton :
komandan peleton.
5. Pengambilan suku kata tertentu
disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan, namun masih dengan
memperhatikan “keindahan”bunyi.
Misalnya, pilkada : pemilihan kepala daerah, organda:
organisasi angkutan darat.
6. Pengambilan unsur-unsur kata yang
mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan keteraturannya termasuk di seni.
Misalnya, satpam : satuan pengamanan, kalapas:
kepala lembaga pemasyarakatan.
(Chaer, 2008 :236-238)
4.
PENYERAPAN
Penyerapan
merupakan proses pengambilan kosakata dari bahasa asing, baik bahasa asing
Eropa (Belanda, Inggris, Portugis, dll), maupun bahasa asing Asia (Arab, Parsi, Sansekerta, Cina, dll).
Termasuk bahasa Nusantara (Jawa, Sunda, Minang, Bali, dll).
Sejak
terbitnya buku Pedoman Pembentukan Istilah dan buku Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan, penyerapan kata-kata asing harus dilakukan secara
visual. Artinya, berdasarkan apa yang dilihat di dalam tulisan. Inti dari
pedoman pembentukan istilah itu adalah:
1. Kata-kata yang sudah terserap dan lazim
digunakan sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah ejaannya.
Misalnya kata-kata kabar, sirsak, telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir, dan
badan.
2. Penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya
kata standarisasi, efektivitas, objektifitas, dan implementasi diserap secara
utuh di samping kata standar, efektif, objektif, dan implement.
3. Huruf-huruf asing pada awal kata harus
disesuaikan sebagai berikut:
a. au tetap au
b. e dimuka a, u, o dan konsonan menjadi k
c. c dimuka e, l, oe dan y menjadi s
d. cc dimuka o, u dan konsonan menjadi k
e. cc dimuka e dan i menjadi ks
f. cch dan ch dimuka a, o, konsonan menjadi k
g. ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
h. ch yang lafalnya c menjadi c
i.
e tetap e
j.
ea tetap ea
k. eo tetap eo
l.
f tetap f
m. i pada awal suku kata di muka vocal tetap i
n. ie ( Belanda) jika lafalnya I menjadi i
o. ie jika lafalnya bukan I tetap ie, dst.
(Chaer, 2008
:239-246)